Utang Luar Negeri Tembus Rp5 Ribu Triliun

Topmetro.news – Utang luar negeri terus membengkak. Selama kuartal pertama 2018, Bank Indonesia mencatat utang luar negeri sebesar 358,7 miliar dolar AS atau setara Rp5.021 triliun atau tumbuh 8,7 persen. Membengkaknya utang luar negeri ini, karena kesalahan pemerintah sendiri yang selalu menutupi kondisi sebenarnya. Pemerintah justru membanggakan pertumbuhan ekonomi.

“Berdasarkan coretan saya kemarin malam. Dengan menggunakan kurs Rp14.020/dolar AS, utang luar negeri memang mencapai angka sebesar Rp5.000 triliun,” kata Ichsanuddin Noorsy, seorang pengamat ekonomi, Rabu (16/5/2018).

Utang Luar Negeri Bengkak, Nilai Ekspor Sangat Kecil

Padahal, kata Ichsanuddin, perekonomian di dalam sebenarnya keropos. Nilai ekspor yang diperoleh sangat kecil. Impor terus membludak, akibat konsumsi meningkat.

“Jadi pertumbuhan ekonomi hanya ditopang dari sektor konsumtif. Kondisi inilah yang dilihat dibaca para pelaku pasar. Mereka menjadi ragu terhadap kebijakan pemerintah,” jelasnya.

Ditambah lagi dengan adanya serangkaian kasus bom, Ichsanuddin mengemukakan, kondisi akan semakin berat lagi. Pelaku pasar tak hanya ragu, tapi takut. Sehingga mereka akan menahan diri berinvestasi.

Investor Catat Jual Bersih

Sementara Investor asing sudah mencatat jual bersih yang cukup tinggi lebih dari Rp 500 miliar.

Data perdagangan RTI, Rabu (16/5/2018), menyebutkan tepat pukul 14.49 waktu JATS, tercatat investor asing melakukan jual bersih Rp 534,78 miliar. Aksi jual banyak menyasar saham-saham sektor keuangan yang tercatat mencapai Rp226,9 miliar.

Agusman, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia menyatakan, perkembangan utang ini tetap terkendali dengan struktur yang sehat.

Ini terlihat dari rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) pada kuartal pertama 2018 yang tercatat 34 persen.

Menurutnya, utang Indonesia akhir kuartal pertama 2018 tetap didominasi jangka panjang yang memiliki pangsa 86,1 pesen dari total utang. “BI bersama pemerintah terus memantau perkembangan utang luar negeri dari waktu ke waktu,” jelasnya.

Langkah ini untuk mengoptimalkan peran utang guna mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat mempengaruhi stabilitas perekonomian. (tmn)

sumber: poskota

Related posts

Leave a Comment